KlikParigi.id – Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah melalui Dinas Pariwisata menggelar Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2025, yang berlangsung selama tiga hari, mulai 26 hingga 28 Mei di Auditorium Kantor Bupati Parigi Moutong.
Rakornis ini diikuti oleh perwakilan Dinas Pariwisata dari 13 kabupaten dan kota se-Sulawesi Tengah. Tujuannya adalah menyamakan visi dan strategi pengembangan pariwisata serta mendorong desa wisata sebagai poros pertumbuhan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal.
Sekretaris Dinas Pariwisata Sulteng, Nancy Ainun, menjelaskan bahwa tema Rakornis tahun ini adalah “Pengembangan Desa Wisata sebagai Poros Pertumbuhan Ekonomi Kreatif yang Inklusif Berbasis Kearifan Lokal.” Ia berharap kegiatan ini dapat memperkuat kolaborasi antar daerah dalam memajukan sektor pariwisata.
“Kami ingin ada keseragaman visi agar pembangunan pariwisata lebih terarah dan berkelanjutan,” ujarnya.
Kegiatan ini dibuka oleh Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Sulteng, Rudy Dewanto. Ia mengatakan bahwa Rakornis ini sejalan dengan program prioritas Gubernur Anwar Hafid, yaitu “Berani Harmoni”, yang salah satu fokusnya adalah pengembangan 100 desa wisata setiap tahun.
“Ada subprogram kunjungan Desa Wisata atau DEWI, yang bertujuan meningkatkan jumlah wisatawan di Sulteng, khususnya di kawasan pedesaan,” jelas Rudy.
Sementara itu, Asisten II Setda Kabupaten Parigi Moutong, Syamsu Nadjamuddin, yang mewakili Pj Bupati Parigi Moutong, menyampaikan apresiasinya atas pemilihan Parigi Moutong sebagai tuan rumah Rakornis. Ia menilai kegiatan ini menjadi momentum strategis untuk merumuskan langkah konkret pengembangan pariwisata secara kolaboratif.
Syamsu juga menyampaikan bahwa tiga desa wisata di Parigi Moutong berhasil masuk dalam 500 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024. Ketiganya adalah Desa Karosondaya (Sausu Tambu), Desa Kayubura (Pelawa Baru, Parigi Tengah), dan Desa Khatulistiwa (Tinombo Selatan).
“Pencapaian ini membuktikan besarnya potensi pariwisata Parigi Moutong dan komitmen pemerintah bersama masyarakat dalam pengembangannya,” kata Syamsu.
Ia menegaskan bahwa desa wisata menyimpan potensi luar biasa berupa kekayaan alam, budaya, dan nilai gotong royong. Jika dikelola dengan baik, desa wisata dapat menjadi motor penggerak ekonomi lokal, membuka lapangan kerja, dan memperkuat identitas daerah secara berkelanjutan.